Tag: ITF

Jenderal Choi Hong-hi: Bapak Taekwondo Dunia

Jenderal Choi Hong-hi

Jenderal Choi Hong-hi adalah seorang tokoh militer, guru bela diri, dan visioner asal Korea yang dikenal luas sebagai pendiri Taekwondo — seni bela diri modern yang kini dipraktikkan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Peran Choi dalam melahirkan dan menyebarkan Taekwondo telah membuatnya dikenang sebagai figur penting dalam sejarah Korea maupun olahraga global. Kisah hidupnya tidak hanya mencerminkan dedikasi terhadap bela diri, tetapi juga perjuangan menghadapi tantangan politik dan ideologis sepanjang abad ke-20.


Awal Kehidupan

Choi Hong-hi lahir pada tanggal 9 November 1918 di wilayah Hwa Dae, Provinsi Hamgyong Utara, Korea, yang kini termasuk dalam wilayah Korea Utara. Sejak kecil, Choi dikenal sebagai anak yang lemah secara fisik dan sering sakit. Karena khawatir dengan kondisi anaknya, ayah Choi mengirimnya ke belajar kaligrafi pada seorang guru bernama Han Il-dong. Tanpa disadari, keputusan ini menjadi titik awal perjalanan panjang Choi ke dunia bela diri. Han Il-dong ternyata juga seorang ahli Taekkyeon, seni bela diri tradisional Korea, dan memperkenalkan Choi kepada dasar-dasar gerakan bela diri tersebut.


Pendidikan dan Perjalanan ke Jepang

Pada usia remaja, Choi dikirim ke Jepang untuk melanjutkan pendidikan. Di sana, ia mempelajari Shotokan Karate di bawah bimbingan Gichin Funakoshi, salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah Karate Jepang. Choi menunjukkan bakat luar biasa dan berhasil meraih sabuk hitam tingkat dua hanya dalam waktu dua tahun.

Namun, selama di Jepang, Choi juga menjadi aktivis gerakan kemerdekaan Korea, yang pada waktu itu masih dijajah oleh Jepang. Ia pernah dipenjara karena keterlibatannya dalam gerakan bawah tanah tersebut, dan pengalaman ini membentuk sikap nasionalismenya yang sangat kuat.


Karier Militer

Setelah pembebasan Korea dari penjajahan Jepang pada tahun 1945, Choi kembali ke tanah air dan bergabung dengan angkatan bersenjata Korea Selatan. Ia menjadi salah satu perwira awal dalam pembentukan tentara Korea Selatan (ROKA). Karier militernya berkembang pesat, dan ia akhirnya mencapai pangkat jenderal dua bintang.

Dalam militer, Choi mulai mengembangkan sistem latihan bela diri untuk tentara. Ia memadukan teknik Karate yang pernah ia pelajari di Jepang dengan elemen-elemen bela diri tradisional Korea seperti Taekkyeon, serta prinsip-prinsip sains modern. Dari sinilah cikal bakal Taekwondo mulai terbentuk.


Lahirnya Taekwondo

Pada tanggal 11 April 1955, Choi secara resmi memperkenalkan nama Taekwondo kepada dunia. Nama ini dipilih karena mengandung makna filosofis dan kultural yang kuat: “Tae” berarti menghancurkan dengan kaki, “Kwon” berarti menghantam dengan tangan, dan “Do” berarti jalan atau prinsip hidup. Dengan demikian, Taekwondo tidak hanya dipandang sebagai teknik bertarung, tetapi juga sebagai jalan hidup yang menekankan kedisiplinan, kehormatan, dan pengembangan karakter.

Pendirian Taekwondo disambut hangat oleh pemerintah Korea Selatan dan mulai digunakan secara resmi dalam pelatihan militer, pendidikan sekolah, serta komunitas olahraga nasional. Choi juga menulis buku-buku penting yang mendokumentasikan teknik dan filosofi Taekwondo, yang menjadi acuan internasional.


Penyebaran Internasional

Setelah sukses di Korea, Jenderal Choi memulai misi untuk menyebarkan Taekwondo ke seluruh dunia. Ia melakukan perjalanan ke berbagai negara, memperkenalkan seni bela diri ini ke Eropa, Asia Tenggara, Amerika Serikat, Timur Tengah, hingga Afrika. Pada tahun 1966, ia mendirikan International Taekwon-Do Federation (ITF) di Seoul untuk memayungi pengembangan Taekwondo secara global.

Namun, pada akhir tahun 1970-an, hubungan Choi dengan pemerintah Korea Selatan memburuk karena sikapnya yang dianggap terlalu independen dan keputusannya untuk memperkenalkan Taekwondo ke Korea Utara. Choi pindah ke Kanada pada tahun 1972 dan menjadikan negara tersebut sebagai markas baru ITF. Sejak saat itu, terjadi perpecahan dalam dunia Taekwondo: satu kubu dipimpin oleh ITF dan Choi, sementara kubu lain membentuk World Taekwondo Federation (WTF), yang didukung pemerintah Korea Selatan dan kemudian masuk dalam Olimpiade.


Kontroversi dan Hubungan dengan Korea Utara

Salah satu langkah paling kontroversial yang diambil oleh Choi adalah kunjungannya ke Korea Utara pada tahun 1980-an. Ia mendirikan cabang ITF di Pyongyang dan melatih pasukan serta warga sipil di sana. Langkah ini membuat pemerintah Korea Selatan sangat marah dan menyebut Choi sebagai pengkhianat.

Namun dari perspektif Choi, Taekwondo adalah warisan budaya seluruh bangsa Korea, bukan milik satu rezim. Ia percaya bahwa Taekwondo dapat menjadi jembatan perdamaian dan persatuan antara Korea Selatan dan Utara. Meskipun demikian, keputusan tersebut menyebabkan pengucilannya dari dunia bela diri resmi di Korea Selatan.


Warisan dan Kematian

Choi Hong-hi wafat pada 15 Juni 2002 di Pyongyang, Korea Utara, pada usia 83 tahun. Ia dimakamkan dengan upacara kenegaraan oleh pemerintah Korea Utara, yang menganggapnya sebagai pahlawan budaya. Meski demikian, warisan Choi jauh melampaui batas ideologis antara Utara dan Selatan. Karyanya dalam menciptakan dan menyebarkan Taekwondo telah memberikan kontribusi luar biasa pada dunia olahraga dan bela diri.

Saat ini, Taekwondo telah menjadi olahraga bela diri paling terkenal di dunia. Lebih dari 200 negara memiliki federasi resmi Taekwondo, dan jutaan orang dari berbagai budaya mempraktikkannya untuk kebugaran, pertahanan diri, dan pengembangan karakter. Versi yang diadopsi oleh Olimpiade adalah WTF (sekarang dikenal sebagai World Taekwondo), tetapi ITF yang didirikan oleh Choi tetap aktif dan dihormati di berbagai negara.


Penutup

Jenderal Choi Hong-hi bukan hanya seorang perwira militer atau ahli bela diri. Ia adalah seorang revolusioner dalam bidang seni bela diri yang menyatukan tradisi, inovasi, dan semangat nasionalisme dalam satu disiplin yang dikenal sebagai Taekwondo. Ia tidak hanya membangun teknik, tetapi juga menciptakan filosofi yang membentuk karakter jutaan praktisi di seluruh dunia.

Meski hidupnya penuh kontroversi dan tantangan politik, dedikasi Choi terhadap pengembangan Taekwondo tetap menjadi warisan yang tak ternilai. Kini, setiap kali seorang murid berdiri di atas matras dan menyapa gurunya dengan salam hormat, semangat Choi Hong-hi hidup kembali — sebagai simbol tekad, keberanian, dan visi seorang pejuang sejati.